"Om Swastiastu"
Namun sayangnya, ada beberapa sekolah yang menerapkan kegiatan tersebut jika ada hal-hal penting yang menjadi program sekolah, misalnya untuk akreditasi sekolah, mengikuti lomba esai, atau majalah dinding. Sebagian sekolah yang terus eksis menerbitkan koran ataupun majalah sekolah secara berkala, biasanya dikelola secara professional, misalnya mempunyai tenaga keredaksian dan melibatkan pihak luar sekolah dalam hal pembiayaan dengan cara pemasangan iklan disetiap penerbitan, disamping memiliki ruang redaksi khusus untuk majalah sekolah. Namun demikian pada kenyataannya yang melakukan hal semacam diatas masih bisa dihitung dengan jari, biasanya sekolah tersebut tergolong sekolah favorit atau unggulan.
Bisa kita ambil contoh pada salah satu sekolah, yang memiliki ekstrakurikuler jurnalistik—yang pernah saya ikuti, rutin menerbitkan majalah sekolah bertajuk SABDA (Saka Budaya Kita) setiap setahun sekali, yaitu SMA Negeri 2 Amlapura.
Dalam menggiatkan pendidikan jurnalistik lewat eskul di sekolah ini, sekolah cukup menyediakan waktu dan biaya. Untuk masalah waktu, sekolah dapat berkoordinasi dengan guru pembimbing, misalnya ekstrakurikuler ini dilakukan berapa kali seminggu dan hari apa saja dilaksanakan, sepanjang tidak mengganggu jam belajar mengajar. Untuk biayanya sekolah bias menganggarkan dari RAFBS sekolah yang berkoordinasi dengan komite. Dalam penyusunan majalah sekolah ini, diperlukan waktu beberapa bulan untuk menyelesaikannya, mulai dari rapat redaksi, pengumpulan materi, adventorial, hingga percetakan. Dalam kegiatan rapat redaksi, susunan pengurus majalah sekolah dibentuk, dilanjutkan dengan perencanaan pendanaan dan pembagian tugas. Lalu dilanjutkan dengan pengumpulan materi sesuai urutan dalam rubrik-rubrik yang telah direncanakan sebelumnya. Pada tahap adventorial, para anggota melakukan pengajuan proposal ke berbagai sponsor yang bersedia memasang iklan pada majalah sekolah ini.
Dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler jurnalistik dan majalah sekolah tahunan ini, kreativitas siswa akan tergali sendiri, yang pada akhirnya sekolah selain menghasilkan calon-calon ilmuwan juga akan menghasilkan calon-calon penulis atau wartawan handal. Kemampuan seseorang di dunia tulis menulis tidak akan berjalan baik jika orang tersebut memiliki potensi, namun tidak pernah dilatih. Sebagai contoh penulis atau wartawan terkenal saat ini, kebanyakan lahir dari pers sekolah atau kampus. Kegiatan tulis mereka telah tertanam sejak mereka bersekolah atau kuliah. Selain menulis untuk kepentingan majalah untuk sekolah atau kampus, mereka memberanikan diri mengirimkan tulisannya untuk mahalah atau surat kabar umum dalam bentuk cerpen, puisi, maupun artikel. Semua ini merupakan ajang untuk mengasah kemampuan diri sendiri. Memang pada awalnya mereka merasa tulisan yang mereka buat dirasa tidak bagus oleh diri sendiri. Namun siapa tahu nanti bisa dimuat di surat kabar. Tentunya rasa bangga akan menyelimuti diri sendiri ketika khalayak ramai membaca karya tersebut. Disamping itu, ada imbalan bagi karya-karya yang telah dimuat. Karya-karya yang bermunculan tentunya akan membawa nama baik sekolah juga, bukan?
Meskipun ekstrakurikuler jurnalistik ini tidak diajarkan secara mendalam, namun siswa telah diperkenalkan dasar-dasar ilmu jurnalistik atau kegiatan tulis menulis. Bagi mereka yang sudah terpikat akan dunia ini, menulis seperti kebutuhan harian. Catatan kecil dan bolpoin, senantiasa menjadi teman dalam perjalanan.
"Om Santhi, Santhi, Santhi, Om"
mantep tuw sob, keiatan jurnalistik emang penting, apalagi di lingkungan pemblajaran seperti sekolah ataupun di kampus, bisa menyalurkan bakat and nambah wawasan,,, :)
hahahahaha.. iyaaa sobbb.. thanks komennyaa.. kegiatan jurnalistik emang penting,, kalo gag,, gag bakal ada jalan buat menyalurkan bakat para siswa2 yang mempunyai bakat menulis..
Yap.. mmg penting,, namun tuk menuLis jg dibutuhkan ketrampilan.. Krena bnyak org yg kesuLitan tuk mengungkapkan uneg2nya meLalui kata2 yg mudah dipahami olh org lain..
iyaaa,, makanya perlu latian khusus agar keterampilan itu bisa diasah,, sehingga nantinya menjadi mudah untuk membuat tulisan-tulisan yang bermanfaat,,
Kegiatan Jurnalistik erat hubungannya dengan seni sastra dan seni bahasa.
Jangan sampai lupa itu ya.. :)
Kegiatan jurnalistik membutuhkan 2 seni yakni seni bahasa dan seni menulis :D. GAMBARE !!